Sejarah umum seni lukis
Zaman prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar.   Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan   tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada   dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari   kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan   menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan   lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan   orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu   menyemburnya 
dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna.   Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua   yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan   gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada   cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti   dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern   di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi,   dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia,   binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung,   sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa   dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh   pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng   dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan   ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si  pelukis  yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari  seekor  banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi   berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat   prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar   daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai   menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian   rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya.  Mereka  mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya  dan terus  melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli.  Mereka adalah  seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat  itulah kegiatan  menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan  seni.
Seni lukis zaman klasik
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
• Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
• Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin   bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya   ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu   berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.
Seni lukis zaman pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni   lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan   dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian   kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan   realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme.   Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan   "bagus".
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.   Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong   perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari   benda).
Seni lukis zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali   ilmuwan dan budayawan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium   menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga   deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern   dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap   kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam  kelahiran  kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi  dianggap sihir,  namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan  yang dirampas  oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze  menyebar ke  seluruh Eropa hingga Eropa Timur.
Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:
• Tomassi
• Donatello
• Leonardo da Vinci
• Michaelangelo
• Raphael
Art nouveau
Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam   banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan   ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman   tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan   mesin. Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak   mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya   pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan   kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi   dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.
Sejarah seni lukis di Indonesia
Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda   di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke   aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan   aliran ini.
Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup   beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis   Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda,   sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan   menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis   Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans   Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era   revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari   tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang   berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang   mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang   menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain  itu,  alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat  membuat  lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih  sederhana,  sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan   ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih   membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu,   sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai   penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia   sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih   terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan   sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni   alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep   (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah   menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996.   Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode   1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya   menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi   terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.
Aliran seni lukis
Surrealisme
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang   sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk   secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek   untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa   harus mengerti bentuk aslinya.
Kubisme
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke   dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah   satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.
Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia.   Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan   keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering   diambil sebagai latar belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda   dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di   zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden   Saleh.
Plural painting
Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam meditasi atau   pengembaraan intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari   naluri kehidupan ke dalam bahasa visual. Bahasa visual yang digunakan   berpijak pada konsep PLURAL PAINTING. Artinya, untuk menampilkan   idiom-idiom agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah   tertangkap oleh intuisi mempergunakan idiom-idiom yang bersifat:   multi-etnis, multi-teknik, atau multi-style.
Seni lukis daun
Adalah aliran seni lukis kontemporer, dimana lukisan tersebut   menggunakan daun tumbuh-tumbuhan, yang diberi warna atau tanpa pewarna.   Seni lukis ini memanfaatkan sampah daun tumbuh-tumbuhan, dimana daun   memiliki warna khas dan tidak busuk jika ditangani dengan benar.   senidaun.wordpress.com
Aliran lain
• Ekspresionisme
• [[dadaisme]
• Fauvisme
• Neo-Impresionisme
• Realisme
• Naturalisme
• De Stijl
Abstraksi
Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Teknik   abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya seni kontemporer saat   ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur   yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk   menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya. Abstraksi disebut   juga sebagai salah satu aliran yang terdapat di dalam seni lukis.
A. Pengertian Apresiasi
Ditinjau dari asal katanya apresiasi terbentuk dari kata appreciation,   dalam bentuk kata kerja yaitu to appreciate yang berarti menyadari   sepenuhnya sehingga mampu menilai dengan semestinya. Dengan kata lain   menyadari sepenuhnya seluk-beluk karya seni serta menjadi sensitif   terhadap segi-segi estetiknya sehingga mampu menikmati dan menilai karya   tersebut dengan semestinya.
Karya seni merupakan bentuk ungkapan perasaan dan pikiran seniman yang   memiliki nilai estetik. Antara bentuk karya dan nilai yang dikandungnya   merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bentuk karya seni tidak   lain adalah sebuah tanda yang memiliki makna tergantung pada subjek   pengamatnya.dalam dunia seni, proses kreasi dan proses apresiasi sangat   penting. Apresiasi dan juga kritik seni dilakukan melalui proses   pengamatan. 
Proses pengamatan merupakan aktivitas fisik dan psikis yang dilakukan   oleh subjek dalam menangkap gejala inderawi yang ada di hadapannya.   Dikatakan aktivitas fisik dan psikis karena dalam pengamatan yang   berperan tidak hanya alat indera dan stimulinya tetapi juga otak dan   proses mentalnya. Pengamatan atau juga observasi merupakan usaha manusia   untuk mendapatkan pengetahuan. Pengamatan tidak hanya selalu   menggunakan salah satu alat indera saja, tetapi bisa menggunakan   beberapa alat indera sekaligus.
Pengamatan terhadap karya seni dan juga lingkungan visual lainnya tidak   sekedar membongkar tanda atau simbol untuk mendapatkan maknanya tetapi   juga memberi tanggapan terhadapnya. Mengamati dan menanggapi karya seni   sama pentingnya dengan mencipta karya seni itu sendiri.
Proses menanggapi suatu karya seni biasanya melalui beberapa tahapan   yaitu: persepsi, interpretasi dan pengambilan keputusan. Tahap persepsi   merupakan tahap awal dimana pengamat dapat membedakan kualitas sesuatu   dengan jelas. Tahap kedua merupakan tahap interpretasi sebagai sumber   perasaan dan makna. Tahap ketiga merupakan tahap penentuan tentang arti   dari pengalaman tersebut.
Empati (emphaty) dan jarak psikis merupakan strategi atau cara bersikap   dalam menanggapi objek yang kita hadapi. Kita bisa menanggapi suatu   objek secara subjektif maupun objektif. Empati adalah gambaran pribadi   seseorang ke dalam situasi tertentu. Empati atau dalam bahasa Jerman   “einfuhlung” berarti perasaan ke dalam (feeling into), mencakup perasaan   terhadap suatu objek secara tidak kita sadari, dengan demikian   seolah-olah kita menjadi bagian dari objek tersebut. Adanya sikap empati   kadang-kadang mengakibatkan kegagalan membedakan antara perasaan kita   sendiri dengan bentuk-bentuk visual yang memicunya. Jarak psikis   merupakan upaya untuk mengatasi hal itu. Dengan sikap mengambil jarak   maka kita akan dapat mengamati objek secara objektif. Sikap mengambil   jarak secara psikis akan menghasilkan simpati, yaitu merasakan keadaan   objek tanpa harus terlibat di dalamnya. Kita harus dapat merasakan   keadaan objek seni dengan sikap “tanpa pamrih” (disinterested).
Menghayati karya seni kriya tidak sesulit menghayati seni murni.   Perbedaannya terdapat pada nilai pakai (utility) yang di dalamnya   mencakup syarat security, comfortable, dan flexibility, dan yang kedua   adalah persyaratan estetika.Persyaratan estetikapun tidak menjadi   penghalang penghayat untuk berapresiasi karena estetika mengikuti   terapannya. Asalkan estetika mendukung terapannya, maka hal tersebut   akan mempermudah apresiasi. Di samping itu estetika pada seni kriya   adalah estetika murni, artinya estetika yang indah dan nyaman tanpa   mencari lambang apapun seperti halnya estetika pada seni murni.
B. Jenis-Jenis Karya Seni Kriya Nusantara
Seni kriya di Nusantara sangat beragam bentuk dan jenisnya. Kondisi   geografis dan geopolitis sangat memungkinkan tumbuhnya karya seni yang   beranekaragam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Semuanya   merupakan ciri khas budaya tradisional masyarakatnya.
Berdasarkan jenisnya, seni kriya di Nusantara dikelompokkan menjadi:
1. Seni kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku   dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis.   Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain.
2. Seni kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam   seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan   biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk   yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.
3. Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang   dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya   digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain.   Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
4. Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan   rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang,   enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
5. Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain   dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing).   Contohnya: baju, gaun dan lain-lain.
6. Seni kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku   dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir,   pilin, pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda   pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan   lain-lain.
Sebagian orang juga mengelompokkan seni kriya berdasarkan tekniknya,   yaitu: kriya tempelan atau aplikasi, seni kriya konstruksi, seni kriya   anyam, seni kriya ukir dan lain-lain.Sedangkan berdasarkan bahan   pembuatannya antara lain ada yang disebut kriya tanah liat, kriya kriya   plastik, kriya logam dan lain-lain. Berdasarkan alat yang digunakan  pada  proses pembuatannya kriya dibedakan pula menjadi kriya pahatan,  kriya  bubutan, kriya cetakan dan sebagainya. Sementara berdasarkan  tujuan  pembuatannya kriya digolongkan ke dalam kriya terapan, kriya  untuk  hiasan dan lain-lain.
C. Unsur – Unsur Rupa dan Komposisi
Bentuk karya seni rupa baik dua maupun tiga dimensi tidak lain adalah   sebuah desain atau organisasi unsur-unsur visual. Bentuk karya seni rupa   adalah komposisi yang terdiri dari unsur-unsur visual. Unsur-unsur   visual itu terdiri dari garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan   ruang.
Garis merupakan unsur rupa yang paling sederhana setelah titik. Ada yang   mendefinisikan garis sebagai susunan dari beberapa titik dengan alur   tertentu. Ada dua jenis garis, yakni garis nyata dan garis maya atau   imajinatif. Garis nyata adalah garis yang dibuat dengan cara menggores   permukaan dengan alat yang runcing. Secara visual garis semacam ini   benar-benar ada dan dapat dilihat. Sedangkan garis maya atau imajinatif   adalah garis yang secara visual tidak ada namun keberadaannya dapat  kita  pahami. Misalnya garis pada batas sebuah bidang, warna, bentuk  atau  ruang.
Bidang atau raut (shape) merupakan unsur visual yang memiliki ukuran dua   dimensi. Istilah raut (shape) sering dikacaukan dengan istilah bentuk   (form). Garis yang bertemu kedua ujungnya akan membentuk raut, misalnya   lingkaran, segitiga, bujursangkar dan sebagainya. Raut dapat pula   dibentuk oleh lumuran warna atau lewat bentuk tiga dimensi yang dibuat   oleh pematung. Raut sebagian ada yang berasal dari bentuk-bentuk alam,   ada yang berasal dari benda-benda buatan manusia, ada pula yang murni   buatan seniman.
Warna adalah unsur visual yang sangat penting karena unsur inilah yang   menjadikan orang sadar bahwa di luar dirinya ada sesuatu. Warna   menjadikan mata kita melihat berbagai macam benda. Tanpa warna kita   tidak dapat melihat benda yang ada di depan kita. Warna memiliki tiga   aspek yaitu: jenis (hue), nilai (value) dan kekuatan (intensity). Jenis   warna yaitu kualitas warna yang membedakan antara warna primer,   sekunder, tersier dan sebagainya. Nama warna seperti merah, biru,   kuning, ungu, hijau, jingga, cokelat dan sebagainya adalah kategori   warna berdasarkan jenisnya.Nilai warna yaitu gelap terangnya warna.   Warna hijau dapat bertingkat dari hijau gelap atau hijau tua sampai   dengan hijau terang atau hijau muda. Sedangkan kekuatan (intensity)   yaitu tingkat kecemerlangan warna. Suatu warna ada yang redup ada pula   yang cemerlang. Warna cahaya umumnya lebih cemerlang daripada warna   pigmen. Kecuali kategori tersebut di atas masih ada kategori lain   misalnya warna komplementer, warna analogus, warna panas dan warna   dingin. 
Tekstur adalah sifat permukaan. Sering juga disebut sebagai nilai raba   meskipun tidak harus dikenal atau dihayati melalui rabaan. Tekstur   mencakup keduanya yakni tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata   yaitu tekstur permukaan suatu material yang jika diraba hasilnya seperti   apa yang terlihat. Sebaliknya tekstur semu atau tekstur visual yaitu   tekstur yang wujudnya berbeda antara apa yang terlihat dengan   kenyataannya.
Ruang (space) berarti sesuatu yang kosong yang memungkinkan untuk   ditempati atau diisi dengan sebuah bentuk. Ruang terkait dengan bentuk   atau raut. Sebuah raut dapat kita kenal posisinya dalam ruang. Demikian   pula dengan bentuk atau volume yang dapat kita kenali karena posisinya   dalam ruang.
Telah disebutkan di atas bahwa bentuk karya seni rupa tidak lain adalah   susunan unsur-unsur rupa yang membentuk satu kesatuan yang utuh.  Susunan  unsur-unsur rupa tersebut dinamakan komposisi atau desain.  Desain  dengan demikian tidak hanya dipahami sebagai rancangan untuk  benda-benda  terapan tetapi juga dipahami sebagai sebuah bentuk atau  komposisi suatu  karya seni.
Di dalam penyusunan unsur-unsur rupa menjadi bentuk karya seni biasanya   didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip penyusunan   tersebut antara lain: kesatuan (unity), keseimbangan (balance), irama   (rhythm), dan proporsi (proportion). Komposisi yang baik harus memiliki   kesatuan. Unsur-unsur visual harus ditata dengan tema tertentu. Cara   mendapatkan kesatuan dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan (device)   antara lain: dominasi, subordinasi, koherensi, pengelompokkan   (clustering). Komposisi yang baik harus seimbang (balance). Ada beberapa   jenis keseimbangan antara lain: keseimbangan simetris, keseimbangan   asimetris, dan keseimbangan radial. Keseimbangan dapat ditentukan oleh   aspek berat 9balance by weight), oleh aspek daya tarik (balance by   interest), dan oleh aspek kontras (balance by contrast). Komposisi yang   baik juga harus berirama. Irama mudah ditemukan dalam musik atau puisi,   namun dalam seni rupa bukannya tidak mungkin . Unsur-unsur rupa yang   ditata berulang-ulang dapat menimbulkan irama. Pengulangan tersebut   dapat dengan cara repetitive, alternative, progresif dan flowing.
Prinsip komposisi yang terakhir adalah proporsi (proportion). Proporsi   mengacu pada perbandingan ukuran antar bagian atau bagian terhadap   keseluruhan. Dalam konteks ini yang diukur antara lain luasnya area,   kedalamannya, tingginya, dan lebarnya. Bangsa Yunani dulu mengenal   proporsi keemasan (golden section) sebagai pedoman untuk membuat karya   seni. Tentu saja tidak semua karya seni harus diukur dengan pedoman   proporsi yang eksak semacam itu. Kenyataan sekarang banyak proporsi   tubuh manusia yang karena faktor gizi memiliki proporsi kepala dan   tinggi badan satu banding sepuluh atau bahkan ada yang lebih tinggi.
Sumber:
Bastomi, Suwaji. 2000. Seni Kriya Seni. Semarang: Unnes Press.
Sunaryo, Aryo. 2002. Nirmana : Buku Paparan Perkuliahan Mahasiswa.  Semarang. Unnes Press.
MY GIRLFRIEND IS A GUMIHO (NINE-TAILED FOX)
14 tahun yang lalu

 
 

















0 komentar:
Posting Komentar